Yohana Marpaung Mengajar di Hutan Demi Menjemput Cinta
![]() |
Yohana Marpaung, lulusan S2 UGM yang memilih jadi pendidik untuk Orang Rimba |
KOTA JAMBI - Jangan hanya menilai buku dari sampulnya. Kalimat kiasan itu memiliki makna supaya jangan menilai hanya dari penampilan luarnya. Terlebih pada manusia, jangan langsung menyimpulkan seseorang hanya dengan melihat fisiknya.
Penampilan Yohana Marpaung bila dilihat sekilas mungkin tidak akan meyakinkan untuk mengakui ia sosok yang kuat keluar masuk hutan. Tapi itu sudah dia buktikan. Fisiknya tergolong mungil. Ia memilih menerobos belantara Jambi demi mengajari anak-anak orang rimba.
Yohana sebenarnya bukan tidak mungkin mendapatkan pekerjaan di kota. Latar belakangnya, ia lulusan S1 dari Universitas Sumatera Utara. Dia kemudian melanjut ke Universitas Gajah Mada, menyelesaikan S2 Antropologi di sana.
Perempuan yang lahir di Sumatera Utara pada 14 Januari 1992 itu, sejak kuliah di USU, sudah terobsesi untuk bisa masuk ke Suku Anak Dalam komunitas Orang Rimba. Namun berbagai hal membuatnya tidak bisa merealisasikannya.
Hingga akhirnya setelah lulus S2, ia melihat lowongan kerja di KKI Warsi sebagai fasilitator Orang Rimba. Dia berusaha untuk bisa mendapatkan pekerjaan tersebut. Usahanya tidak menghianati hasil. Dia diterima bergabung di Warsi.
Mimpinya untuk bisa menikmati hidup bersama dengan Orang Rimba akhirnya terwujud. Dia ditugaskan untuk mendampingi kelompok masyarakat marginal itu, yang tinggal di dalam kawasan hutan. Pekerjaannya cukup banyak, mulai mendampingi para orang tua, hingga mengajari anak-anak baca tulis dan juga pola hidup.
Kehidupan di rimba dengan di kota cukup jauh berbeda. Pada aspek pendidikan, anak-anak bukan belajar di dalam kelas. Mereka berada di alam bebas. Semua yang ada di alam harus bisa dibuat sebagai contoh agar siswanya memahami pelajaran.
"Tidak ada waktu belajar khusus seperti di sekolah umum. Kapanpun bisa belajar, bisa di gubuk, di bawah pohon, bisa pagi, bisa malam. Semua fleksibel," kata Yohana Marpaung.
Dia sangat menikmati. Menurutnya hidup bersama Orang Rimba adalah pengalaman yang sangat berharga. Dia juga belajar dari kelompok tersebut tentang kesetiaan, kesederhanaan, dan kekeluargaan.
Di keluarga, Yohana merupakan perempuan satu-satunya anak dari orangtuanya. Dia punya saudara laki-laki. Orang tua kerap mencemaskannya. Demi memberi ketenangan, terlebih pada ibunya, hanya kisah indah yang diceritakannya. Berbagai rintangan yang sebenarnya dihadapi di alam bebas, tidak untuk diceritakan kepada ibunda.
Pengalaman hidup bersama orang rimba bagai menjemput cinta untuk Yohana. "Awalnya tahu tentang Orang Rimba ini setelah membaca Butet Manurung yang juga dulunya mengajar Orang Rimba. Saya terinspirasi, berusaha mewujudkan, dan akhirnya saya mencapainya," ungkapnya.
Orang Rimba, menurutnya, saat ini menghadapi tantangan yang sangat besar. Wilayah hidupnya semakin sempit, setelah kini berubah jadi perkebunan, pertambangan, dan alih fungsi yang lain. Orang Rimba memiliki tradisi berburu dan meramu hasil alam. Akhirnya kini semakin sulit mereka mendapatkan bahan makanan. Pihak luar telah memanfaatkan kesederhanaan mereka demi kehausan akan harta dan kekayaan. (*)
Post a Comment